BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia, makanan begitu
melimpah dan bervariasi jenisnya. Beberapa produk makanan yang sekarang ini
terus-menerus tampil di layar televisi selalu saja muncul dengan cassing/tampilan baru seperti; sosis,
snack ringan, minuman dan lain sebagainya. Sehingga masyarakat begitu antusias
ketika terus menerus dijejali produk-produk baru dalam mengkonsumsinya. Tidak
hanya makanan saja, tetapi juga bebrapa mode yang lain kerap membanjiri iklan
di sana-sini.
Masyarakat di zaman sekarang ini
yang katanya masyarakat modern, kiranya lebih menyukai bentuk keinginan dan
kebutuhan instan. Artinya masyarakat tidak mau bersusah payah dalam sekedar mengganjal perut. Misalnya,
pada pagi hari kita mau berangkat kerja meraka lebih memilih membeli roti, atau
sekedar memasak mae instans yang lebih cepat dan praktis dimakan dari pada
memasak nasi/lauk dulu. Pertanyaannya, apakah makanan yang praktis dan siap
saji menjamin kesehatan kita? Bagaimana efek/dampak kesehatan masa tua kita
ketika selalu mengkonsumsi makanan tersebut?
Baiklah, kiranya kita semua harus
waspada dan mawas diri terhadap makanan siap saji di atas. Karena beberapa ahli
kesehatan berpendapat bahwa makanan ini bahwasanya mengandung berbagai pengawet
dan beragam jenis yang sangat bahaya dalam tubuh. Sudah barang tentu makanan
yang terlalu banyak mengandung pengawet akan sebagai toksik/racun dalam metabolisme tubuh kita.
Dengan uraian di atas, maka kami
berkeinginan untuk menyelidiki salah objek bahan makanan yang sekarang ini
massiv di berbagai media yaitu sosis. Tentunya sosis yang diinginkan oleh para
konsumen dan sudah di konsumsi oleh masyarakat luas.
1.2 Rumusan masalah
1) Pengertian
sosis?
2) Jenis-jenis
sosis?
3) Bahan
apa saja dalam pembuatan sosis?
4) Bagaimana
cara pembuatan sosis?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Sosis
Menurut Raharjo
dan Wasito (2002), sosis merupakan produk daging yang digaram dan dibumbui,
berasal dari bahasa latin Salsus (garam).
Produk ini lebih populer karena bentuknya lonjong bulat. Lebih lanjut, sosis
yang dibuat dari daging segar mempunyai tingkat kekenyalan yang lebih tinggi
dibandingkan bila dibuat dari daging yang dilayukan lebih dahulu.
Lebih jauh,
Dedi (2012), kata sosis berasal dari kata dalam bahasa Latin “Salsus”, yang
berarti diasinkan atau diawetkan. Menurut catatan sejarah, yaitu dokumen Yunani
yang ditulis sekitar tahun 500 SM, sosis pertama kali dibuat oleh orang Sumaria
(sekarang Irak) sekitar tahun 300 SM. Saat itu masyarakat Sumaria akan
menghadapi musim paceklik, lalu timbulah ide bagaimana caranya agar makanan
yang berlebih masih awet dan bisa dimakan dalam keadaan baik di musim paceklik
itu. Alhasil terciptalah makanan siap saji dari daging yang diberi garam
dibumbui dan dimasukan dalam selongsong dari usus hewan.
Dibanyak negara, sosis dikembangkan dengan
ciri khasnya masing-masing, dengan menggunakan bumbu lokal dan dimasak sebagai
masakan tradisional. Bahkan beberapa olahan sosis dinamai dengan nama kota
dimana sosis itu berasal antara lain : Sosis Bologna aslinya adalah nama kota
di Itali Utara, Sosis Lyon berasal dari Lyon, Perancis, di Inggris misalnya
dinamakan sebagai sosis Berkshire, Wiltshire, Lincolnshire dan lain - lain.
Ternyata sosis bernuansa lokal
tidak hanya ada di luar Indonesia. Kalau diluar negeri dikenal dengan nama
Sosis atau Sausage, kalau di Bali
namanya jadi “urutan”. Namanya “urutan” karena untuk memasukkan isi ke dalam
usus babi dilakukan sedikit demi sedikit secara manual, dengan cara seolah-olah
tampak seperti “diurut” . Bahan utama untuk membuat Urutan Babi atau Sosis Babi
adalah usus babi, lalu didalamnya dimasukkan daging babi yang sudah diberi basa
genep (bumbu lengkap ala Bali), lalu digoreng hingga matang dan berwarna
kecoklatan. Namun ada cara tradisional lainnya biar urutan ini memiliki aroma
khas dan pastinya jauh lebih enak. Sebelum digoreng, Urutan biasanya dijempur
beberapa hari atau diasapi. Baru setelah kering, bisa digoreng.
Sosis urutan
dari usus babi
Para ahli teknologi hasil pakan
berpendapat, bahwa sosis adalah makanan yang umumnya terbuat dari daging
(daging sapi, ayam, domba, ikan atau babi) yang telah dicincang kemudian
dihaluskan dan diberi bumbu-bumbu, dimasukkan ke dalam pembungkus/casing yang
berbentuk bulat panjang yang berupa usus hewan atau pembungkus buatan, dengan
atau tanpa dimasak maupun diasapkan.
Baiklah, untuk
kualitas sosis dapat ditentukam dari ; warna, bau, rasa, bentuk, jumlah mikroba
dan hygiene. Nah, pertanyaannya sosis yang berwarna seperti apa yang baik?
warna untuk sosis yang baik yaitu pink/jingga, sedangkan urutan dari tingkatan
baik sampai kurang baik adalah pink, merah darah, merah tua, merah hitam, merah
kehijau-hijauan, dan pada akirnya merah hangus.
Sedangkan ssosis
mempunyai bau yang khas atau spesifik yaitu flavor khusus dari asap, biasanya
sangit, dan tidak berbau amis. Sosis yang terbaik mempunyai bau gurih, harum
karena nitrit dan sirup jagung serta tomato juice, dan sedikit sangit.
2.2
Jenis-Jenis
Sosis
Mengetahui lebih
jauh tentang sosis, tentunya kita tidak hanya mengetahui sebatas pengertian
sosis. Artinya masih banyak pemahaman tentang jenis-jenis sosis itu seperti apa
saja. Sedangkan paparan di atas kita baru mengemas pengertian, ataupun sosis
yang baik dan yang buruk saja.
Lebih lanjut,
berdasarkan kehalusannya, sosis dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Sosis
kasar
2. Sosis
emulsi
Sosis
kasar, pengolahannya lebih sederhana, yaitu menggiling lemak sampai halus
kemudian mencampur dengan lemak sampai merata. Sedangkan sosis Emulsi, tahapan
pencampuranna terdiri dari pencampuran, pencacahan dan pengemulsian. Berdasarkan
proses pengolahannya, sosis secara umum dibedakan menjadi 4 yaitu:
1. Sosis
mentah (fres sausage), sosis ini merupakan sosis yang sudah diolah, namun masih
mentah/tanpa pemanasan.
2. Sosis
yang direbus dan diasap (process cooking-boilling and smooking), misal;
frankfuter, bologna, knackwurst.
3. Sosis
yang direbus tanpa diasap (process cooking-boilling), misalnya; beer salami,
liver sausage.
4. Sosis
kering dan semi kiring (fermentasi), misalnya dry salami.
(Soeparno, 1998)
Fresh
sausage
|
Franfuter
sausage
|
Liver
sausage
|
Salami
sausage
|
Lebih
lanjut tentang sosis. Berdasarkan jenis cassing
yang digunakan, sosis terbagi menjadi ;
1)
sosis dengan cassing natural, terbuat dari usus sapi, kambing (sheep), domba
(lamb), dan babi (pork). Cassing ini mempunyai keuntungan dapat langsung
dimakan, bergizi tinggi, dan melekat pada produk. Dibalik keuntungan, tentunya
tidak akan sempurna jika tak ada kerugian. Baiklah, kerugiaan penggunaan
cassing jenis ini adalah produk tidak awet.
2) sosis
dengan casing jenis colagen, terbuat dari kulit hewan besar. Keuntungan dari
penggunaan casing ini adalah dapat diwarnai, bisa dimakan, dan melekat pada produk.
3) Sosis
dengan casing Selulosa, berbahan baku pulp,keuntungan casing selulosa adalah
dapat dicetak atau diwarnai dan murah. Casing selulosa sangat keras dan
dianjurkan untuk tidak dimakan
4) Sosis
dengan casing polyamide ( turunan plastic yang bersifat food grade ), Casing
jenis ini tidak bisa dimakan, dapat dibuat berpori atau tidak, bentuk dan
ukurannya dapat diatur, tahan terhadap panas, dan dapat dicetak.
Natural
cassing
|
Collagen cassing
|
polymide cassing
|
Cellulose
casising
|
Jika sosis produksi dalam negeri
umumnya diolah dari satu jenis daging (misalnya sosis sapi, sosis ayam), maka
sosis dari luar negeri biasanya diformulasikan dari campuran beberapa jenis
daging. Hal ini harus diwaspadai bagi yang muslim, karena biasanya dibuat
dengan campuran daging babi. Untuk itu, jika anda akan membeli sosis impor,
jangan lupa membaca label kemasannya untuk mengetahui jenis daging yang
digunakan dan telah mendapat sertifikasi Halal.
2.3
Bahan
Pembuatan Sosis
Komponen
utama sosis terdiri dari daging, lemak, bahan pengikat, bahan pengisi , air,
garam, dan bumbu.
Semua jenis daging ternak dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan sosis. Daging
merupakan sumber protein yang berfungsi sebagai pengelmusi dalam sosis.
Lemak dalam pembuatan sosis berguna untuk membentuk sosis yang kompak dan empuk
serta memperbaiki rasa dan aroma sosis. Penambahan lemak maksimal 30% dari
berat daging untuk mempertahankan tekstur selama proses pengolahan.
Bahan Pengikat dan
pengisi dibedakan berdasarkan kadar proteinnya. Bahan
pengikat mengandung protein yang tinggi, sedang bahan pengisi umumnya
mengandung karbohidrat. Yang umum digunakan, tepung terigu, tepung beras,
tepung tapioka, tepung kedelai, tepung ubi, tepung kentang, tepung roti, dan
susu skim.
Air yang
ditambahkan berupa es berbentuk serpihan atau cube, untuk
menjaga suhu adonan selama proses pencampuran tetap rendah (0o C).
selain berfungsi sebagai fasa pendispersi dalam emulsi daging, air juga
berperan untuk melarukan protein sarkoplasma dan garam.
Garam berfungsi untuk memberikan cita rasa, mengawetkan dan melarutkan protein.
Garam dapur berpengaruh terhadap pengembangan volume dan daya ikat air dari
daging. Garam alkali polifosfat berfungsi untuk mempertahankan warna, mengurangi
penyusutan saat proses cooking/pemsakan dan penstabil emulsi.
Bumbu, yaitu bahan tambahan lain yang sering digunakan dalam pembuatan sosis,
diantaranya gula, nitrit, dan rempah-rempah. Beberapa jenis sosis, terutama
yang bercita rasa internasional, sudah terdapat bumbu sudah jadi dalam kondisi
packaged.
2.4
Cara
Pembuatan Sosis
1. Daging
yang telah siap dipotong-potong, digiling.
2. Ambil
kg
daging giling untuk menentukan persen bahan lain
3. Daging
dicampur bumbu-bumbu dan bahan pengawet kecuali skim milk dan es batu dan
campuran tadi di mix (saat dimix ditambah sedikit demi sedikit skim milk dan es
batu)
4. Campuran
dimasukkan kedalam usus dan ke dua ujung diikat
5. Panaskan
dalam oven hingga suhu 1750 F – 2000 F selama satu jam
(suhu ini adalah suhu oven)
6. Kemudian
dipindahkan ke dalam smoke house dengan
suhu 1700 F atau suhu interval 1550 F selama 8-12 jam
7. Untuk
dimakan dapat dimasak lagi atau dibuat masakan lain
Komposisi
Bumbu :
500
gr daging
|
12,5
gr bawang merah
|
0,55
gr natrium nitrat
|
100
gr es batu
|
15
gr garam dapur
|
|
50
gr skim milk
|
25
gr tomato juice
|
|
50
gr sirup jagung
|
1,5
gr mrica
|
(Raharjo dan Wasito,
2002)
BAB
III
PENUTUP
Demikian gambaran proses produksi
sosis. Sebagai industri pengolahan makanan, keseluruhan proses yang terkait
dengan produk harus memenuhi standarisasi dari Balai POM, instansi - instansi pemerintah
terkait, dengan berpedoman pada GMP ( Good manufacturing
Practices ).
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3820-1995), sosis
yang baik harus mengandung protein minimal 13%, lemak maksimal 25% dan
karbohidrat maksimal 8%. Jika standar ini terpenuhi, maka dapat dikatakan bahwa
sosis merupakan makanan sumber protein
Berikut
beberapa Tips dalam memilih sosis yang baik.
- Pilih yang masa kadaluwarsanya masih lama dan dipajang di suhu dingin (refrigerator).
- Pilih sosis yang bebas pewarna atau yang mengandung pewarna yang aman untuk pangan (food grade). Jika anda membeli sosis ternyata daging sosisnya berwarna merah terang, hindari membeli kembali merk tersebut karena bisa jadi produsen menggunakan pewarna dalam jumlah berlebihan atau menggunakan pewarna non pangan.
- Amati penampakan sosis yang dikemas. Jika terlihat selaput atau lendir tipis seperti susu disekitar sosis, sebaiknya jangan membeli sosis tersebut karena kondisi ini mencirikan sosis yang mulai rusak.
- Pilih sosis yang aromanya khas daging, tidak ada bau asam atau bau menyimpang lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Dedi, Londong. 2012. Proses Pembuatan Sosis. www.proses-makanan-sosis.com.
Diakses tanggal, 25 Maret 2013. Pukul 16.30 WIB
Raharjo,
A.H.D dan Wasito, samsu. 2002. Buku Ajar
Teknologi Hasil Ternak. Universitas Jenderal Soedirman: Purwokerto
Soeparno.
1998. Ilmu dan Teknologi Daging. UGM Press Yogykarta
mantab gan
ReplyDeleteKak di mohon bantuanya mampir ya kak karena disini juga ada kak
ReplyDeletehttp://sausagesss.npage.de/
.
bagus sekali menambah wawasan
ReplyDeleteperbedaan tepung tapioka dan maizena