(Baca dengan Nada Puisi, maka Anda akan mendapatkan isinya)T
Malaikat kecil kini telah hilang dalam pendengaranku. Itulah sebutan masa kecil yang selalu aku rindukan dari ucapan sang Ibu. Kala itu Dia selalu menyuguhkanku cerita – cerita lucu, cerita nabi sampai mistik Ia tumpahkan ke otakku. Tak banyak anak kecil mempunyai cerita yang sama. Hingga hari ini aku begitu ingin kembali di masa silam dulu. Malaikat kecil yang selalu dalam pangkuan sang Ibu.
Ambisius jika saya dengar cerita-cerita di atas. Begitu lembut rima dan intonasi yang dibawakan seorang Ibu. Sampai tak sadar Aku telah terlelap sendirian di kasur. Begitu polos aku menerjemahkan isi yang terkandung dalam cerita. Entah itu cerita asli atau memang dibuat-buat oleh sang pengarang zaman dulu. Begitu menggelitik dan menghipnotis semua pendengarnya.
Spontanitas aku telah terlelap di penghujung mimpi. Akhirnya apa yang saya dengarkan sebelum tidur, itulah suasana yang bakal saya jumpai dalam mimpi nanti. Jika kisah mistis yang disuguhkan, sudah barang pasti nanti saya akan berjumpa dan bertemu setan, jin dan sejenisnya. Ataupun sebaliknya. Jika sang Ibu menorehkan cerita lucu, aku akan terbawa ke taman-taman yang penuh dengan bunga, mainan ataupun badut penghibur.
Yippee.. taukah Anda arti kata itu? Ya,, Benar sekali. Hati dan pandangan mata ini sedang bersorak gembira dengan keadaan semacam ini. Tak tahu membedakan antara apa yang harusnya terjadi dan keadaan yang telah terjadi. Dongeng bukanlah suatu jelmaan apalagi jebakan. Itulah keadaan alami yang tak seorang pun membuatnya.
Alam raya sangat megah ketika itu. Ia menampakkan bunga-bunga, kicauan burung-burung dan manusia yang sedang asyik-asyiknya bermain di taman. Taman sorga namanya. Taman yang di buat Tuhan Maha Segalanya. Taman yang harus dipelihara oleh manusia-manusia. Taman yang di sukai burung-burung dan taman yang dibuat untuk keberlangsungan ekosistem.
Indahnya sorga dongeng. Tak pelik orang melihat realitas yang didalamnya terdapat sejuta keindahan. Keindahan kita berteman. Keindahan kita bermain. Dan keindahan kita hidup. Indahnya Sorga di atas sorga.
Derap deru malaikat kecil meneliti dan berjalan mengikuti arah geraknya. Jika tadi telah melintasi taman-taman dan hijaunya alam, sekarang malaikat kecil melintasi gurun. Gurun yang penuh kegersangan. Tidak tahu arah dan tak tahu apa yang harus ia sampaikan untuk negeri ini. Gurun yang kerap kali menghembuskan angin dan tak secuil pasir berhambur-hamburan disampingku.
Argumen apa yang harus di bawa sang malaikat kecil ini. Harus aku sampikan kepada siapa argumen ini? Tuhankah? Temankah? Atau Malaikat mimpi? Begitu banyak saya melihat fenomena alam ini. Begitu banyak metamorfosa yang bisa saya petik . Apakah itu perintah dari Tuhan agar saya membaca realitas yang ada di Dunia ini?
Himalaya tujuan akhirku. Gunung yang membuat orang berjuang mati-matian untuk melihat keagungan Tuhan. Kata Charter di film Bucket List mengatakan gunung Himalaya adalah gunung sejuta rasa dan makna. Ketika sudah di pucaknya, baki kita menapak di langit. Bintang berhamburan di sekitar lalu lalang. Kabut dan es mengelilingi tubuh yang kaku. Dimalam hari Gunung itu mengeluarkan suara bak Tuhan berdialog dengan ciptaanya.
Ciptaan Tuhan memang untuk manusia. Manusia yang memelihara, bukan manusia yang merusaknya. Sekarang ini saya sedih dan ingin mengadu kepada’Mu. Sekarang ini manusia telah merusak dan menghancurkan ekosistem. Kayu ditebang. Kayu di bakar. Sungai menjadi keruh karena limbah pabriknya. Kandungan oksigen(O2) semakin menipis.sekarang ini longsor dan banjir sesuatu yang biasa dan tak perlu diribut-ributkan.
Alangkah murkanya manusia yang seperti itu. Begitu sejuk jika kita lihat realitas 250 juta tahun lalu. Kehidupan manusia yang bersiklus tanpa adanya Hak Milik. Menyatu dengan alam. Memelihara alam. Tanpa penguasaan Tanah, hutan, air bahkan oksigen sekaligus.
Realitas yang masih tertancap dalam benakku begitu risau, ingin aku meneteskan air mata ini. Ingin aku mencari pemimpin yang membuat alam ini senang. Hewan dan tumbuhan yang gembira. Dan sungai-sungai yang mengalir jernih hingga alam ini bahagia. Bukan wacana ideologi. Dimana Karl Mark mengatakan Ideologi adalah pandangan palsu. Tipu daya terhadap realitas.
Dongeng berisi banyak kata dan makna. Bukan sekedar keindahan tapi banyak pula kesengsaraan didalamnya. Ingin aku merebut kembali kebahagian kala itu. Cerita indah nan lucu dari untaian irama sang Ibu.
Impian memang impian. Tidak bakal tercapai suatu impian ketika kita sendiri tak merebutnya. Bak orang menggantungkan nasibnya pada Tuhan, Tanpa usaha dan doa. Ingin saya jemput impian-impian di atas tanpa aku harus didongengi lagi oleh sang Ibu. Saatnya kita bangkit dan melangkah merebutnya. Kala itu aku bangun dan melihat di sekitarku hanya terdapat bantal dan meja tulis dengan buku-buku berserakan. Itulah keadaan rumah Kost yang ditinggali sekarang.
wah seru sekalinyah
ReplyDeleteharga casing sosis