Home » , , , , » Bunga Teratai di Comberan

Bunga Teratai di Comberan

Hari semakin gelap. Sejauh mata memandang, kabut menutup tebal pandangan mata ini. Rupanya di suatu ruang sempit terdengar suara gemercik ibu-ibu nggosipin Pak SEkdes, Pak Sakrip panggilnya. Tapi wajarlah, kalau wanita nggak ngrumpi nanti dibilang apatis dong.

Entah nanti atau lusa, mungkin dengan kesamaan gender kehidupan akan berubah. Yaa meskipun faktanya sekarang ini beberapa suami yang standby di rumah sampai mereka kerjakan urusan - urusan dapur. Juga sebaliknya, beberapa Ibu rumah tangga jadi pekerja hebat dan tangguh. Berangkat pagi pulang sore. Itu lah fakta rutinitas wanita zaman sekarang. mungkin lebih banyak menyebutnya wonder woman...

Yupzzz.. Sekarang saya jumpai Iklim paling extream bulan ini. Hujan bersama angin besar lagi - lagi datang menggedor - gedor pintu. Tapi Aku coba bertahan dan betah di ruang ini. Sembari menenangkan pikiran, aku ambil teh manis dan kepulan kelobot di samping mereka.

Meriah meskipun sempit dan pengap. Ruang sempit telah terpenuhi kerdus – kerdus snack. Itu lah yang sedang dikerjakan teman – teman kelompok KKN kami. Dua hari yang lalu kita tiba di lokasi yaitu desa Jurangmangu. Tiba saatnya nanti malam kita buka acara PERKENALAN di Balai Desa dengan warga masyarakat.

Ubi adalah makanan tambahkan yang selalu di sodorkan oleh keluarga Pak Sekdes. Kiranya teman – teman masih fanatis dengan nasi jagung yang dulu dijadikan sebagai suguhan survai kami. Tak hilang – hilang, tiap hari selalu Aku dengar Sakrip dan Sakrip. Memang tidak menyalahkan satu pihak, Baik pak Sakrip ataupun kami sendiri.  Saat ini teman-teman masih enggan melihat seorang Sakrip yang bijaksana. Seorang sakrip yang tegar. Dan seorang sakrip yang begitu disiplin. Padahal Pak Sakrip satu - satunya orang yang tabah mengabdi di pemerintahan desa 20 tahun lamanya. Tetapi jarang orang melihat itu "Bak Bunga teratai mekar di comberan". mungkin itulah falsafah yang bisa saya coret dalam tulisan ini.

Tubuh ini begitu dingin dan tak biasa menghadapi hujan kabut. Bahkan tiap menit selalu saja angin membawa hujan dan bunyi keras di atap – atap kamar. Aku jadi teringat pesan Pramoedya Ananta TOer atau sering di sapa Mas Pram. Dia bilang sesuatu hal tidak ada yang salah, tapi hanya saja keliru. Karena kalau salah, itu sudah dari dulunya kita hidup. Padahal kita lahir sebagai anak manusia yang suci. Sehingga apapun permasalahan yang kita hadapi bukan semata kesalahan, sesungguhnya itu sebatas kekeliruan teman – teman menilai dini.

Indah jika merasakan kehangatan dengan keluarga baru. Iya benar, keluarga baru dari teman – teman kelompok KKN, juga keluarga baru di masyarakat Jurangmangu. Mereka saling sapa dan mendengar apa yang kita diskusikan. Ingin aku merebut Hati Mereka. Hanya saja pendekatan harus lebih intent dan diperlukan energi besar untuk melawan musim hujan seperti sekarang ini. Semoga Pak Sakrip benar – benar menjadi Ayah kedua kami. Seorang ayah yang teladan. Seorang ayah yang mengutamakan anak – anaknya.



1 comments:

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Nurohmat 'Blog - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger