Home » , , » Tadarus Cinta Buya Pujangga

Tadarus Cinta Buya Pujangga

Dicetak oleh penerbit Salamadani, PT Grafindo Media Pratama, 2013. Beliau lahir di Jakarta, 28 April 1968. Salah satu karya best sellernya (sang pencerah, 2010), dll. aktivitas sekarang di Akademi Literasi dan Penerbitan Indonesia (ALINEA)

“jangan takut jatuh, karena yang tidak pernah menanjatlah yang tidak pernah jatuh. Jangan takut gagal, karena yang tidak pernah gagal hanyalah orang-orang yang tidak pernah melangkah. Jangan takut salah, karena dengan kesalahan yang pertama kita dapat menambah pengetahuan untuk mencari jalan benar pada langkah yang kedua” (buya Hamka – 1908 -1981)

 “Akan sanggupkah memimpin shalat jenazah terhadap orang yang dulu pernah berbuat zallim kepada kita?...(bayangan jamaah)

Saat itu lah Indonesia mendapatkan salah satu pelajaran moral terpenting : “Dendam tak boleh dilestarikan seberat zarah pun. Betapa pun beratnya. Betapa pun sulitnya.” (Serba-serbi hati)

Makkah Al-Mukarramah, 1894
Di usia yang mansih muda 16 tahun Abdul Karim Amarulloah (ayah HAMKA) bernagkat ke tanah suci.
“Ingat ini, Rasul.. sebelum kau betul-betul mendapat isi ajaran agama, engkau tidak boleh pulang” pesan Syekh Amrullah (kakek)kepada Haji Rasul (bpk Hamka)

Guru Ngaji Kakeknya (Syekh Amrullah) adalah  Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi (Imam besar masjidil Haram), alim ulama : Syekh abdullah Djamidin, Syekh Saleh Bafadal, Syekh uman serawak.

Disana Rasul Kecil bertemu dan berguru : Syekh Djalaludin Taher, Syekh Jusuf Nabawi (Ahli falaq/ dg kitabnya Al-Anwarul Muhammadiyah)

Muhammad Rasyid teman dekatnya.. menyampaikan amanah dr kawan-kawannya dan Rasul memahami “ kalau yang dicontohkan ‘Apakah mungkin aku akan mendebat ayahku di depan umum’, tentu saja tak akan pernah terjadi. Tetapi aku tak tetap tak bisa melihat dimana salahnya ketika aku bersikap kritis terhadap ilmu yang diajarkan para syaikh dengan tidak menelan begitu saja.

Pesan sang guru ketika di rumahnya sendiri, “Anak sahabatku, kalau kau datang pada saat jam belajar, maka aku adalah muridku. Tapi karena kau datang bukan saat jam belajar, maka kau bisa menganggapku sebagai ayahmu”. (syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi / guru sekaligus Imam Masjdil Haram)

“Yang tidak ingin membuat saya pulang ke ranah Minang adalah kerasnya adat masyarakat kita yang berpusaka kepada kemenakan. Itu bukan pelajaran yang sejalan denga islam, meskipun Adat basandi syarak, Syarak basandi Kitabullah artinya “adat bersendi syariat (Islam), syariat bersendi Kitab Allah (Al-Qur’an) (Syekh ahmad khatib)

“Tapi kau jangan cemas soal itu,. Pada kelahiraanmu, Ayah suda berniat untuk mengirimmu belajar ke Tanah Suci selama sepuluh tahun jika saatnya sudah tepat untukmu” (Haji Rasul)

“Mereka bilang persyarikatan Muhammadiyah di Jawa itu adalah Sarekat hijau yang didirikan Belanda untuk menghisap rakyat, bukan Islam yang sebenarnya”.

“Ya, menurut Angku Haji Datuk Batuah dan Haji Zainuddin, dari ajaran islam yang sebenarnya adalah ajaran komunis yang mengajarkan agar mencintai rakyat kecil dengan sebenar-benarnya”.

Tokoh-tokoh islam yang tidak komunis itu masih belum sempurna ajaran islamnya. Seperti H.O.S Tjokroaminito

“Hati-hati Malik, pengalamanmu belum ada, kau mudah dikelabuhi nanti. Komunis disana-sini membawa – bawa agama sebagai pembenar mereka, tetapi di dalam hati mereka sebenarnya ingin menghapus agama”.
“Ya, kerena Karl Marx yang menjadi panutan, mereka bilang agama itu candu masyarakat. Bukankah candu harus dibasmi, dan dimusnahkan”?

“Kau tahu betapa tidak mudahnya seseorang mendapatkan panggilan ‘Buya’, kalau tidak betul-betul dianggap menguasai agama”? (Buya Sutan Mansyur)

Sosok yang disaksikan ole Malik justru orang yang resah hidup di bawah cengkeraman imperialisme dan ingin mereka agar bisa hidup terbebas dari aturan pemerintahan Hindia – Belanda, hidup berdasarkan ajaran Islam yang mementingkan keadilan, kejujuran, dan kedamaian.

“Yang penting satu saja dalam hidup ini, Malik: lakukan segalanya dengan niat mengharpkan keridhaan Allah saja. Ikhlas. Jangan harapkan pujian manusia. (Hos. Tjokro)

 “Eh, begini, Angku Haji. Saya ingin menambah ilmu dan pengalaman lebih banyak sebelum kembali ke Mingkabau.”, Kalau tidak saya hanya menjadi olok-olok saja oleh mereka yang sudah fasih agama.

“Ah, tak perlu wa’ang muda tersinggung karena itu, kalau itu motif wa’ang belajar agama, itu tidak betul. Lebih baik pulang saja. Banyak pekerjaan penting yang bisa wa’ang kerjakan di Indonesia? (Agus salim)

~Saat ini benih-benih pergerakan di Indonesia sedang tumbuh di banyak tempat, Malik.
Wa’ang sudah lihat sendiri bagaimana saat berhaji semua manusia sama tunduk di hadapan Allah, apa pun warna kulit mereka dan asal negara mereka.

Tak ada manusia lebih tinggi dari manusia lain seperti di tunjukkan para kolonialis Barat selama ini.
“Kalau itu maksudmu, tak kayu jenjang dikeping, tak emas bungkal diasah” bapak malik

“Kau lihat saja sekelilingmu, malik. Para haji sekarng banyak yang tidak peduli dengan persoalan rakyat. Mereka berhaji  dan beragama untuk diri
sendirri, mengamankan jatah di surga hanya untuk keluarga, tapi membiarkan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan menimpa masyarakat.”

“Kita wajib menolaknya (penindasan oleh kolonial) dengan segala jalan yang sah, meski Cuma tinggal tulang dada kita saja yang ada. Kapan lagi kita berjihad kalau bukan sekarang?” (Haji Rasul ke Buya S. Mansur)

“Anak muda, saya harus banyak membaca dan belajar, karena atas izin Tuhan, saya akan menjadi presiden negeri ini setelah merdeka nanti” (Soekarno kepada anak Hooykaas, Hamka dan Karim Oei)


•kelima Orang Terpandang di Tanah Sirah dan Bergelar tinggi
•1. Bagindo Leman (ahli sihir dan pemburu ulung)
•2. Radja Bulan (pedagang dan dukun sohor ahli bersilat lidah
•3. Mantiko Agam (perantau sejati)
•4. Bandaharto Magek (ahli adu ayam dan
•5. Sutan Kayo (gemar merantau)

1 comments:

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Nurohmat 'Blog - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger